Fungsi Komunikasi sebagai Komunikasi Instrumental
Komunikasi Instrumental mempunyai
beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap,
dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau mengerakkan tindakan dan juga
menghibur, Semua tujuan tersebut disebut membujuk. Komunikasi yang befungsi
memberitahukan atau menerangkan mengandung muatan persuasive dalam arti bahwa
pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang
disampaikannya akurat dan layak diketahui. Ketika seorang dosen menyatakan
bahwa ruang kuliah kotor, pernyataannya dapat membujuk mahasiswa untuk
membersihkan ruang kuliah tersebut. Bahkan komunikasi yang menghibur pun secara
tidak langsung membujuk khalayak untuk melupakan persoalan hidup mereka.
Sebuah survey atas 1000 manajer
personalia di Amerika Serikat menunjukkan bahwa tiga keterampilan terpenting
bagi kinerja pekerjaan menyangkut konumikasi, yaitu berbicara, mendengarkan,
dan menulis. Keterampilan-keterampilan tersebut melebihi pentingnya kecakapan
teknis, pengalaman kerja, latar belakang akademik dan rekomendasi. Riset selama
beberapa dekade secara ajeg menunjukkan bahwa kemampuan berkomunikasi itu
penting bagi para manajer. Sementara itu, penelitian selama 20 tahun yang
memantau kemajuan para pemegang gelar MBA dari Stanford University menunjukka bahwa lulusan-lulusan yang paling berhasil
berbagi ciri-ciri kepribadian yang menandai komunikator yang baik: keinginan
membujuk, minat berbicara dan bekerja dengan orang lain dan keramah tamahan. Akan
tetapi, keberhasilan profesi lain juga bergantung pada komunikasi yag efektif.
Kepolisian Los Angeles menyebutkan bahwa komunikasi yang buruk adalah salah
satu alas an paling lazim yang menyebabakan para polisi melakukan kesalahan
dalam penembakan. Setelah dua study menunjukkan para dokter yang punya
keterampilan berkomunikasi yang buruk lebih sering digugat, sebuah tajuk
rencana dalam Journal of the American Medical
Association mengharapkan lebih banyak kelas komunikasi bagi para dokter.
Uraian di tas menunjukkan bahwa
kemampuan berkomunikasi berperan penting untuk mencapai posisi puncak dalam
manajemen. Kafi Kurnia seorang pakar pemasaran Indonesia mengatakan “Rumus
sukses terfokus pada komunikasi”. Akan tetapi secara implisit komunikasi juga
sebenarnya sama pentingnya dalam karier politik, meskipun penelitian dalam
bidang ini tidak seluas dalam bidang bisnis. Kemampuan Amien Rais melakukan
komunikasi antar pribadi dalam siding MPR 1999 jelas berperan krusial untuk
menjadikan dirinya ketua MPR dan pada gilirannya menjadikan Abdurrahman Wahid
Presiden RI, yang di promosikannya lewat poros tengah yang di galang
sebelumnya.
Lewat komunikasi para pemimpin
politik mengemukakan pandangan di hadapan wakil rakyat, pejabat pemerintah, dan
wartawan. Pandangan-pandangan mereka tersebut pada gilirannya akan membangun
kredibilitas mereka sebagai pemimpin. Dan itu dilakukan Amien Rais yang
membangun kredibilitas politiknya, bukan saja di kalangan partainya sendiri melainkan
dikalangan partai lain, khususnya mereka yang bergabung dalam poros tengah, dan
bahkan di kalangan pers dan masyarakat umum. Apalagi ia tengah punya citra kuat
sebagai tokoh reformasi. Fenomena keberhasilan politik berkat kemampuan berkomunikasi
seperti yang dilakukan Amien Rais itu tidaklah ekslusif. Kredibilitas politik
serupa sebenarnya juga telah dibangun melalui komunikasi oleh para pemimpin
partai di Negara-negara Demokratis yang memang pada akhirnya mencapai posisi
kunci, seperti John F. Kennedy di Amerika Serikat dan Tony Blair di Inggris.
Ekslusif-ekslusif top perusahaan
sering harus berbicara di hadapan bawahan dan memotivasi mereka agar produktif,
agar bawahan merasa memiliki kebanggaan akan perusahaan tersebut. Mereka juga
harus mengemukakan pandangan di hadapan wakil rakyat, pejabat pemerintah dan
wartawan yang pada gilirannya akan membangun kredibilitasnya sebagai pemimpin.
Lowell Thomas seorang penjelajah dan komentator berita mengatakan “Kemampuan
berbicara adalah jalan pintas untuk menonjol dan juga meninggikannya sehingga
kerumuman melihat kepala dan bahunya.
Walhasil, meskipun kita dapat
membedakan fungsi-fungsi komunikasi itu, suatu peristiwa komunikasi
sesungguhnya seringkali mempunyai fungsi-fungsi yang tumpang tindih, meskipun
salah satu fungsinya sangat menonjol dan mendominasi. Perayaan Idul Fitri oleh
kaum Muslim atau perayaan Natal oleh kaum Nasrani di Indonesia misalnya
mempunyai ke empat fungsi komunikasi: komunikasi social, komunikasi ekspresif,
komunikasi rituak dan komunikasi instrumental
0 comments:
Post a Comment