Saturday, November 5, 2016

Komunikasi Hewan

Konteks Komunikasi : Komunikasi Hewan

Komunikasi Hewan
Hewan mungkin saja berkomunikasi dengan sesamanya, namun prosesnya dan mekanismenya berbeda dengan komunikasi manusia. Bahkan ada dugaan bahwa hewan lebih mampu mendeteksi fenomena alam daripada manusia. Kemampuan ini lazim disebut indra ke enam. Ketika bencana tsunami terjadi di aceh tgl 26 Desember 2004 tidak ada hewan yang mati termasuk gajah dan kelinci, padahal lebih dari 10.000 orang meninggal dunia karena bencana tersebut. Burung dianggap hewan yang juga mampu menangkap gejala alam. Diberitakan sekelompok burung berbulu putih berarakan menuju banda aceh pagi hari menjelang terjadinya bencana tsunami.

Kecuali kemampuan berbahasa yang unik, manusia berbagi sejumlah tanda dengan hewan: banyak refleks sederhana, beberapa bentuk ritual dan beberapa artefak atau invensi yang kompleks. Misalnya, seorang wanita menunjukkan majah merah karena malu dan mengenakan busana dengan gaya mutakhir, tetapi hewan dan burungpun menampilkan guratan-guratan berwarna. Seorang anak lelaki dapat berteriak atau menunjuk, seperti seekor hewan dapat menunjukkan tanda bahaya. Dengan tanda-tanda nonlingulistik demikian, manusia dapat menunjukkan keadaan, atau memberitahu, atau mengancam, seperti juga hewan. Namun lewat bahasa manusia dapat lebih jauh mengungkapkan dirinya, atau memberi alasan, berargumen, atau menyatakan perasaanya.

Meskipun kemiripan antara komunikasi hewab dengan komunikasi manusia merupakan bidang studi yang menarik, kita harus hati-hati membandingkan komunikasi kedua makhluk tersebut. Misalnya, kita sering mengasosiasikan anjing yang ramah dengan mulutnya yang terbuka dan menganggap kibasan ekornya sebagai isyarat keramahan: kenyataannya, anjing mungkin mengibaskan ekornya dan memperlihatkan giginya sebelum ia menyerang atau menggigit hewan lain atau manusia.

Komunikasi hewan sangat sederhana, ditandai dengan tindakan-tindakan bersifat refleks. Mereka tidak dapat menafsirkan perilaku hewan lain, karena mereka tidak memiliki dan tidak berbagi isyarat simbolik, apalagi memodifikasi perilaku mereka untuk menyesuaikan diri dengan perilaku hewan lain. Dalam komunikasi antara anjing misalnya, perilaku seekor anjing menjadi stimulus bagi anjing lainnya untuk memberikan respon. Anjing merespon satu sama lainnya dengan menggongong, mengeram, menyerang dan sebagainya. Setiap isyarat membangkitkan isyarat tandingan yang otomatis dan langsung oleh anjing lainnya. Pertukaran isyarat ini bersifat instinktif dan tidak reflektif, tanpa menyadari dan memastikan bukan hanya makna, motif, dan maksud isyarat sendiri. Dengan kata lain, dua ekor anjing dapat saling mengonggong namun sangat diragukan apakah anjing-anjing itu berfikir, misalnya "kalau dia menggonggong lagi, maka akan kugonggong dia". Juga sangat diragukan apakah anjing-anjing itu mengunakan simbol-simbol tertentu yang maknanya mereka setujui bersama seperti pada manusia.

Mereka yang gemar berburu kelinci memahami bagaimana alam melindungi kelinci dengan cara yang menakjubkan. Ketika bahaya datang, kelinci diam tak bergerak (membatu) pada lintasannya dan hampir tidak mungkin terlihat karena caranya yang baiik untuk melindungi dirinya. Akan tetapi, ketika kelinci yang sama ada di jalan tol dan bahaya datang, caranya berlindung berarti kematiannya bukan perlindungannya. Ibu kelinci ini dapat menyaksikan pemandangan yang tragis namun tidak mampu menafsirkan insiden tersebut atau mengajarkan interpretasi kepada kelinci yang lebih muda. Manusia mempunyai kemampuan tersebut, simbolisasi adalah alat dan senjata manusia yang paling berharga, berguna, dan berbahaya bagi dirinya dan orang lain.

Manusia bukan satu-satunya makhluk yang mampu bekerja sama dengan sesamanya untuk mencapai tujuan bersama, namun mereka adalah satu-satunya makhluk yang berbudaya. Sebagian hewan bekerja sama dengan sesamanya dengan cara yang elementer. Mereka bahkan dilatih untuk bekerja sama lebih baik lagi dalam laboraturium. Beberapa jenis hewan seperti singa, gajah, monyet, kuda, anjing, burung, anjing laut, lumba-lumba, dan ikan paus dapat bekerja sama dengan manusia untuk menapilkan atraksi yang menghibur, seperti dalam pertunjukan sirkus, pertunjukan keliling kuda ronggeng, doger monyet, dan sebagainya, berdasarkan prinsip belajar "pelaziman operan" yang di rintis B.F. Skinner. kerjasama itu tampaknya juga mirip komunikasi meskipun komunikasi tersebut tidak sempurna. Hewan dalam pertunjukan hanya bersedia melakukan apa yang di perintahkan manusia bila hewan tersebut diberi peneguhan, biasanya pemberian makanan.

Berbicara tentang kerja sama di dunia hewan, serangga lah yang menunjukkan kualitanya yang terbaik, semut, rayap, dan lebah diberkahi dengan naluri yang membuat perilaku mereka sangat sosial. Semut dan rayap dapat berkomunikasi secara memadai sehingga setiap anggota dari suatu kerajaanya dapat memberi tahu anggota lainnya di mana letak makanan. Rayap, sepeti semut dan lebah adalah serangga sosial yang hidup dalam koloni. Mereka bekerja sama melakukan tugas khusus untuk kepentingan koloni tersebut. Akan tetapi tidak seperti semut dan lebah rayap hidup bersama terus-menerus, tanpa jeda, dalam sarang atau liang mereka. Kebiasaan berkoloni ini menghasilkan berbagai jenis individu rayap atau kelompok rayap yang secara struktural layak melaksanakan berbagai tugas dalam kehidupan koloni: tentara untuk bertahan; raja dan ratu untuk menghasilkan keturunan; dan biasanya kelompok pekerja untuk mengumpulkan makanan, merawat raja dan ratu, tentara dan rayap muda, dan untuk membangun sarang, liang, lubang keluar, terowongan, menara dan lorong penjelajahan.

Untuk memelihara organisasi ini dan untuk mengkokordinasikan tugas-tugas yang dilakukan berbagai individu, serangga melakukan komunikasi antar individu. Berbagai jenis serangga memiliki mekanisme untuk memperngaruhi perilaku serangga lainnya. Mekanisme ini merupakan tekhnik-tekhnik untuk menghasilkan dan menerima bau, suara, sentuhan, atau bahkan ransangan visual. Lewat pengunaan teknik-teknik tersebut, individu serangga dapat mengkoordinasikan kegiatan sosial mereka yang cukup rumit. Rayap secara naluriah berkomunikasi dengan sesamanya dalam liang dengan mengunakan antena (kumis serangga) yang peka, yang mereka mainkan dengan cepat di atas permukaan tetangga mereka. Tanda bahaya juga dikomunikasika kepada seluruh koloni lewat dengungan rayap tentara, yang secara lemah ditiru oleh anggota-anggota lainnya. Kita juga melihat semut berkomunikasi dengan bersentuhan ketika mereka bertemu, lebah berkomunikasi dengan gerakan di udara, tarian lebah juga nampaknya mengisyaratkan bukan hanya letak atau arah makanan namun juga perkiraan jarak makanan yang telah ditemukan. Hewan selain serangga di luar manusia tidak menampakkan berkomunikasi dengan kecermatan seperti itu; namun mereka dapat juga berkomunikasi melalui berbagai jenis suara, untuk menyatakan emosi, menarik perhatian hewan sejenis, atau memenuhi keinginan dan kebutuhannya akan makanan.

Komunikasi serangga pada dasarnya merupakan mekanisme biologis, yang di tandai dengan hubungan yang relatif sederhana: stuktur biologis serangga menentukan jenis tindakan komunikatif yang dapat dilakukan. Komunikasi mereka rumit dan memang belum kita pahami sepenuhnya. Akan tetapi tidak diragukan bahwa teknik apapun yang mereka miliki adalah bagian dari warisan genetik. Ketika ransangan yang layk muncul dalam lingkungan, teknik komunikasi ini secara otomatis terpicu. Individu serangga memberi respons otomatis terhadap tanda komunikasu yang sejenis; ini bukan merupakan proses yang didasari kesukarelaan. Komunikasi tersebut tidak melibatkan proses belajar. Setiap serangga mampu melakukan tindakan komunikatif seperti itu meskipun sejak lahir ia terisolasi dan baru bergabung dengan koloninya setelah ia dewasa. Fakta bahwa komunikasi serangga tidak melibatkan belajar, kesadaran, atau proses kultural, mengisyaratkan bahwa komunikasi serangga merupakan bentuk elementer komunikasi dibandingkan dengan komunikasi hewan lebih tinggi. Hewan yang disebut belakangan mempunyai struktur biologis yang fungsinya lebih kaku dan terbatas.
Selanjutnya
Ini adalah Postingan Artikel Terbaru.
Older Post
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Post a Comment

Item Reviewed: Komunikasi Hewan Rating: 5 Reviewed By: Admin
Scroll to Top