Fungsi Komunikasi sebagai Komunikasi Ekspresif
Orang
dapat menyalurkan kemarahan dengan mengumpat, berkecak pinggang, mengepalkan
tangan seraya memelototkan matanya. Mahasiswa memprotes kebijakan penguasa Negara
atau penguasa kampus dengan melakukan demonstrasi, unjuk rasa, mogok makan atau
aksi diam. Chauhadry Tahir, seorang penjaga took membakar dirinya di jalan
utama Islamabad hari sabtu, 17 April 1999 sebagai aksi protes terhadap
pengadilan yang mengusirnya dari took tempat ia mencari nafkah.
Perasaan
bahkan juga bisa diungkapkan dengan memberi Bungan, misalnya sebagai tanda
cinta atau kasih saying atau ketika kita ingin menyatakan selamat kepada orang
yang berulang tahun, lulus menjadi sarjana, atau menikah, atau juga menyatakan
simpati dan duka cita kepada orang yang salah satu anggota keluarganya
meninggal dunia. Akan tetapi, kita harus hati-hati dengan jenis Bungan yang
kita bawa. Di Austria mawar merah adalah lambing cinta romantic. Dinegara kita
bunga kemboja sering diasosiasikan dengan bunga kuburan sehingga tidak banyak
orang yang menanamnya di halaman rumah, apalagi diberikan kepada orang yang
sedang berulang tahun, meskipun di Bali bunga ini lazim ditanam di halaman
rumah dan juga digunakan untuk sesaji.
Emosi
kita juga dapat kita salurkan lewat bentuk-bentuk seni seperti puisi, novel, musik,
tarian ataupun lukisan. Puisi “Aku” karya Chairil Anwar mengekspresikan
kebebasannya dalam berkreasi. Novel Saman karya Ayu Utami mengekspresikan
semangat anak muda yang banyak terlibat dalam lembaga swadaya masyarakat (LSM). Cerpen-cerpen Helvy Tiana Rossa
bernafaskan Islam yang dimuat dalam antologi cerpennya Ketika mas gagah pergi dan dalam Sembilan mata hati mengekspresikan keprihatinannya akan nasib ummat
Islam yang tertindas diberbagai pelosok dunia dan semangat Jihadnya yang
menggelegak.
Harus
diakui music juga dapat mengekspresikan perasaan, kesadaran, dan bahkan
pandangan hidup (ideology) manusia. Itu sebabnya pertunjukan music Iwan Fals
yang lirik-liriknya bermuatan kritik atau sindiran terhadap penguasa sering
dilarang pihak berwajib selama Era orde baru. Orang memang telah menggunakan
sarana hiburan berabad-abad untuk sarana propaganda. Selama revolusi Francis music
juga digunakan selain teater, permainan, dan festival dan surat kabar untuk
menggalang kekuasaaan.
Lukisan
pun sering mengekspresikan perasaan pelukisnya, lain halnya dengan tari-tarian
yang ada salah satu tarian yang mengekspresikan kesadaran atau perasaan
penarinya yang kita kenal dengan Tari Baluse.
Yakni tarian perang ala nias yang dilakukan sekelompok pria. Tarian ini pernah ditampilkan sekitar 30
orang di gedung DPRD dan kantor Gubernur Sumatera Utara, Medan, sebagai
ungkapan rasa rakyat Nias untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik dan bebas
dari keterbelakangan, menyertai unjuk rasa yang dilakukan 150 orang Nias dari
Gunung Sitoli dan dari Medan. Dengan
mengunakan busana perang , masing-masing penari menggenggam sebilah pedang di
tangan kanan dan perisai di tangan kiri dan kenudian mengayunkan pedang
tersebut sambil melompat tiga langkah kebelakang, tiga langkah ke depan,
sementara itu seorang lain melontarkan lagu perang Nias yang disahuti oleh
semua penari, sekali-kali ditimpali hentakan kaki yang mengikuti irama lagu
yang dinyanyikan.
Teater yang disutradarai W.S Rendra atau Ratna Sarumpaet dalam tiga dekade terakhir abad ke-20 tidak jarang mengekspresikan protes atau kritik masyarakat, misalnya rakyat kecil yang ditindas penguasa. Mreka berkali-kali tidak memperoleh izin untuk mengadakan pertunjukan drama mereka. Sebuah drama kontemporer yang menyatakan keprihatinan rakyat berjudul "Ketika Kita Kaku" Karya Arman Dewarti yang dipertunjukkan dalam Makassar Arts Forum 1999 di Makasar menggambarkan nasib perempuan yang selalu menjadi korban terparah dari tindakan kekerasan yang terjadi diberbagai tempat, karena mereka juga kehilangan martabat sebagai manusia selain kehilangan harta benda.
Teater yang disutradarai W.S Rendra atau Ratna Sarumpaet dalam tiga dekade terakhir abad ke-20 tidak jarang mengekspresikan protes atau kritik masyarakat, misalnya rakyat kecil yang ditindas penguasa. Mreka berkali-kali tidak memperoleh izin untuk mengadakan pertunjukan drama mereka. Sebuah drama kontemporer yang menyatakan keprihatinan rakyat berjudul "Ketika Kita Kaku" Karya Arman Dewarti yang dipertunjukkan dalam Makassar Arts Forum 1999 di Makasar menggambarkan nasib perempuan yang selalu menjadi korban terparah dari tindakan kekerasan yang terjadi diberbagai tempat, karena mereka juga kehilangan martabat sebagai manusia selain kehilangan harta benda.
0 comments:
Post a Comment