Monday, October 31, 2016

Komunikasi Sosial | Pembentukan Konsep Diri

Pembentukan Konsep Diri Ilmu Komunikasi
Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita, dan itu hanya bisa kita perleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. manusia yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia lainnya tidak mungkin mempunyai kesadaran bahwa dirinya adalah manusia. kita sadar bahwa kita manusia karena orang-orang di sekeliling kita menunjukkan kepada kita lewat perilaku verbal dan nonverbal mereka bahwa kita manusia.bahkan kita pun tidak akan pernah menyadari nama kita adalah si "lambe" atau si "lukah" bahwa kita dalah lelaki, perempuan, pintar, atau menyenangkan, bila tidak ada orang-orang di sekitar kita yang menyebut kita demikian. melalui komunikasi dengan orang lain kita belajar bukan saja mengenai siapa diri kita, namun juga bagaimana  kita merasakan siapa kita. anda mencintai diri anda bila anda telah dicintai ; anda mempercayai diri anda bila anda telah dipercayai ; anda berpikir anda cerdas bila orang-orang disekitar anda menganggap anda cerdas ; anda merasa anda tampan atau cantik bila orang-orang disekitar anda juga mengatakan demikian.

Konsep diri kita yang paling dini umumnya dipengaruhi oleh keluarga, dan orang-orang dekat lainnya disekitar kita, termasuk kerabat. mereka itulah yang disebut signifikant others. orang tua kita atau siapa pun yang memelihara kita pertama kalinya, mengatakan kepada kita lewat ucapan dan tindakan mereka bahwa kita baik, bodoh, cerdas, nakal, rajin, ganteng, cantik dan sebagainya.

Hingga derajat tertentu kita bagai kertas putih yang dapat mereka tulisi apa sajaatau tanah liat yang dapat mereka bentuk sekehendak mereka. pendeknya kita adalah "ciptaan" mereka. sayangnya tidak semua orang tua menyadari hal ini. seorang ibu atau ayah boleh jadi mengeluarkan kata-kata kepada anak : bodoh, dasar anak nakal, banci kamu, penakut, kamu mau jadi diplomat, bahasa inggris saja kamu nggak becus, atau nggak usahlah kamu memasak soto ayam, masak air saja kamu nggak bisa, bila hal itu kerap terjadi sungguh itu merusak konsep diri anak yang pada gilirannya akan mereka percayai. seorang anak mungkin saja cerdas tetapi karena dianggap bodoh ia akan surut melakukan apa yang ia ingin lakukan karena ia menganngap dirinya demikian, pada gilirannya orang lain pun akan menganggap dirinya bodoh, inilah yang disebut "nubuat yang dipenuhi sendiri" yakni ramalan yang menjadi kenyataan karena sadar atau tidak kita percaya dan mengatakan bahwa ramalan itu akan menjadi kenyataan.

Sebagian manusia yang secara fisik adalah pria tetapi berperasaan wanita (waria) boleh jadi telah diperlakukan sebagai wanita dalam sosialisasi awal mereka, baik oleh keluarga maupun oleh komunitasnya. Film TV yang berjudul "panggil aku puspa" yang dibintangi Donny Damara melukiskan waria bernama puspa yang pada masa kecilnya adalah anak lelaki bernama said yang suka diminta memerankan anak perempuan dalam permainan sandiwara bersama teman-temannya.

Dalam proses menjadi dewasa kita menerima pesan dari orang-orang di sekitar kita mengenai siapa diri kita dan harus menjadi apa kita. skenario itu ditetapkan orang tua kita, berupa- antara lain- arahan yang jelas sebagaimana skenario yang ditulis untuk sinotron atau drama. arahan itu misaknya, "cium tangan kakek dan nenek", bilang terima kasih kepada paman dan bibi", "gunakan tangan bagus (kanan) untuk menerima hadiah itu", "anak pintar", "setiap orang dalam keluarga kita berpendidikan tinggi", " jangan kawin dengan orang berbeda agama", "untuk terlihat cantik milikilah kulit yang putih atau rambut yang lurus" dan sebagainya.

Orang-orang diluar keluarga kita juga memberi andil kepada skenario itu, seperti guru, pak kiai, sahabat dan bahkan televisi. semua mengharapkan kita memainkan peran kita. Menjelang dewasa kita menemui kesulitan memisahkan siapa kita dan siapa kita menurut orang lain, dan konsep diri kita memang terikat rumit dengan definisi yang diberikan orang lain kepada kita.

Meskipun kita berupaya berperilaku sebagaimana yang diharapkan orang lain, kita tidak pernah secara total memenuhi pengharapan orang lain tersebut. akan tetapi, ketika kita berupaya berintekrasi dengan mereka, pengharapan, kesan, dan citra mereka tentang kita sangat memepengaruhi konsep diri kita, perilaku kita dan apa yang kita inginkan. Orang lain itu mencetak kita dan setidaknya kita pun mengasumsikan apa yang orang lain asumsikan mengenai kita. berdasarkan asumsi-asumsi itu, kita mulai memainkan peran-peran tertentu yang diharapkan orang lain. bila permainan peran ini menjadi kebiasaan kita pun menginternalisasikannya. kita menanamkan peran-peran itu kepada diri kita, dengan kata lain kita merupakan cermin bagi satu sama lainnya. bayangkan saja pada cermin di kamar mandi menunjukkan apakah saya sudah bercukur atau belum. saya harus melihat pada anda siapa saya.

Setiap manusia mengembangkan konsep dirinya melalui interaksi dengan orang lain dalam masyarakat dan itu dilakukan lewat komunikasi. jadi kita mengenal diri kita leat orang lain, yang menjadi cermin yang memantulkan bayangan kita. konsep diri yang secara signifikan ditentukan oleh apa yang seseorang pikirkan mengenai pikiran orang lain terhadapnya.

Secara tradisional kesukuan di samping agama merupakan aspek terpenting konsep diri kita, begitu penting asal usul kita sehingga tanpa kepastian asal usul itu kita akan melakukan apa saja untuk memastikan bahwa kita memiliki dimensi terpenting identitas kita tersebut. proses konseptualisasi diri berlangsung di sepanjang hayat kita, ketika kecil mungkin kita ingin menjadi pilot, dokter, wartawan atau arsitek, akan tetapi semakin banyak pengetahuan yang kita peroleh dan semakin luas pengalaman kita, cita-cita itu boleh jadi berubah dan akhirnya kita menerima peran kita yang berbeda dengan citra dulu yang kita bayangkan.

Konsep diri kita tidak pernah terisolasi melainkan bergantung pada reaksi dan respon orang lain. dalam masa pembentukan konsep diri itu kita sering mengujinya baik secara sadar maupun tidak sadar. niat murni kita untuk menciptakan konsep diri kita mungkin memperoleh dukungan atau penolakan, dengan cara ini interpretasi orang lain mengenai bagaimana kita seharusnya akan membantu menemukan akan jadi apa kita. dan kita mungkin menjadi sedikit banyak apa yang orang lain harapkan.

Sadar akan pentingnya citra diri di mata orang lain sebagian orang berbicara dengan banyak istilah asing meskipun tata bahasa atau ucapannya keliru yang padanan katanya sebenarnya juga tersedia dalam bahasa indonesia agar dipandang intelektual dan modern. sebagian pejabat pada era orde baru yang bukan orang jawa mengucapkan kalimat dengan sisipan "daripada" atau menekankan akhiran "ken" agar dipandang bahwa mereka itu memang pejabat.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Post a Comment

Item Reviewed: Komunikasi Sosial | Pembentukan Konsep Diri Rating: 5 Reviewed By: Admin
Scroll to Top